Album Kejutan Justin Bieber Bertajuk Swag Banjir Ulasan

Album
Album Kejutan Justin Bieber Bertajuk Swag Banjir Ulasan

iramasuara.site – Justin Bieber ulang meramaikan dunia musik bersama merilis album kejutan berjudul Swag, karya pertamanya didalam empat th. terakhir. Namun, alih-alih disambut meriah, Swag justru mendapat respons yang begitu banyak ragam dan lebih dari satu besar bernada dingin dengan sebutan lain banjir kritik keras berasal dari para pengamat atau kritikus.

Dalam ulasan bintang tiga, The Guardian menyebut bahwa album baru Justin Bieber ini “memiliki momen-momen brilian” tetapi selamanya “bukan mahakarya yang telah lama ditunggu-tunggu”. Sementara itu, The Telegraph hanya berikan dua bintang, menyebut Swag “bukan kembalinya seorang raksasa pop”, dan menggambarkannya sebagai “jeritan minta tolong yang tidak nyaman dan tanpa filter.”

Salah satu kritik keras tertuju pada segmen spoken-word (berbicara) didalam album, seperti “Therapy Session” yang dinilai terlalu singkat dan dipenuhi keluhan, di mana Bieber membahas dampak spekulasi fasilitas pada kebugaran mentalnya. Ada pula lagu berjudul “Standing On Business” yang manfaatkan cuplikan video viral saat Bieber memarahi seorang fotografer.

Dalam video tersebut, yang direkam saat Hari Ayah, Bieber terdengar frustrasi dan berkata, “Aku seorang ayah. Aku seorang suami. Kamu tidak mengerti. Kamu nggak nyambung. Aku sedang ‘standing on business.’”

Frasa “standing on business” kini jadi ungkapan slang populer yang berarti membela diri sendiri dan bertanggung jawab atas kehidupan dan ambisi pribadi. Ungkapan ini jadi anggota berasal dari promosi album dan juga judul tidak benar satu lagu Bieber.

Kolaborasi, Lirik, dan Kritik Lainnya

Dengan durasi hampir satu jam, Swag menampilkan kolaborasi Bieber bersama sejumlah rapper seperti Sexyy Red, Cash Cobain, dan Gunna. Judul album ini tampaknya merujuk pada lirik lagunya di th. 2012, “Boyfriend”, yang berbunyi “swag, swag, swag, on you”.

Foto promosi yang dibagikan penyanyi asal Kanada ini memperlihatkan istrinya, Hailey Bieber, dan anak mereka, juga moment saat bayi mereka diangkat tinggi seperti simbol kemenangan.

Rachel Aroesti berasal dari The Guardian menyebut album ini di awali bersama terlalu menjanjikan lewat lagu “All I Can Take”, yang tawarkan nuansa hauntological (menghantui) berasal dari musik R&B masa 1980-an. Ia menulis bahwa secara musikal, Swag terdengar “penuh pertimbangan, cerdas didalam nostalgia, dan diam-diam memuaskan, tidak ada satu pun lagu yang mulai seperti dipaksakan untuk jadi hits tangga lagu.”

Namun, berasal dari aspek lirik, Aroesti kurang terkesan. Lagu “Dadz Love” disebutnya sebagai perayaan yang terlalu dangkal mengenai peran barunya sebagai ayah, bersama lirik yang hanya mengulangi judul lagu tanpa arti lebih dalam. Lagu-lagu cinta lain yang bertujuan untuk Hailey, juga referensi pada viral phone case (sarung ponsel) miliknya di lagu “Go Baby”, juga dianggap terlalu manis dan klise.

“Meski begitu, selamanya lebih dapat ditoleransi dibandingkan segmen spoken-word yang mulai menyakitkan,” tulis Aroesti.

Antara Agama, Cinta, dan Krisis Diri

Adam White berasal dari The Independent juga berikan dua bintang dan menilai album ini sebagai bukti lebih lanjut berasal dari “kelambanan artistik” Bieber didalam karya-karyanya belakangan ini. Ia menambahkan, Swag jadi “gambaran yang tidak nyaman mengenai seorang pria yang tampak terlilit pada seks, Tuhan, dan rasa kasihan pada diri sendiri.”

Andrew Unterberger berasal dari Billboard menilai album ini sebagai versi Bieber yang “belum pernah terlalu terdengar sebelumnya: membebaskan kemewahan pop biasa, bersama pendekatan yang lebih organik dan fokus pada alt-R&B.” Namun, ia mengingatkan, penggemar yang berharap akan lagu-lagu seperti “Sorry” berasal dari masa 2015 bisa saja akan kecewa.

Robin Murray berasal dari Clash Magazine beri tambahan nilai 7 berasal dari 10. Ia menulis bahwa 21 lagu didalam Swag menampilkan lirik yang begitu banyak ragam berasal dari refleksi emosional mengenai jadi bapak hingga lelucon internal. Secara gaya, menurutnya album ini banyak terinspirasi berasal dari synth pop ala 90-an, kadang mulai kaku, kadang seperti menguap begitu saja, tetapi selamanya penuh warna dan menghibur.

Meski begitu, Murray memperlihatkan bahwa kapabilitas utama Swag juga dapat jadi kelemahannya: “Terlalu banyak yang dimasukkan. Sebagai album pertama didalam empat tahun, ini mulai seperti curahan gagasan dan usaha untuk menghapus papan tulis bersih-bersih.”

Sorotan Pribadi dan Kehidupan Rumah Tangga

Perilisan album ini juga berjalan di sedang kegalauan para penggemar pada keadaan mental Bieber. Dalam lebih dari satu bulan terakhir, ia lebih dari satu kali memperlihatkan unggahan yang menyuarakan keresahannya pada invasi paparazi ke didalam kehidupan pribadinya.

Hubungan tempat tinggal tangganya pun jadi sorotan, terlebih sesudah sebuah unggahan kontroversial di fasilitas sosial yang merayakan kehadiran Hailey di sampul majalah Vogue disertai pernyataan mengenai pertengkaran mereka.

Lagu “Daisies”, yang jadi track kedua didalam album, dikira merujuk pada dinamika pertalian mereka bersama lirik seperti “falling petals, do you love me or not?” dan “you said forever, babe, did you mean it or not?”

Beberapa judul lagu lainnya, seperti “Devotion”, “Soulful”, dan “Forgiveness”, memperlihatkan nuansa spiritual yang mencerminkan keyakinan Bieber sebagai pemeluk Kristen yang kerap ia tampilkan didalam perjalanan hidupnya belakangan ini.

Bagaimana bersama pendapat Showbiz Liputan6.com? Ya, walau kritikan para pengamat berasal dari fasilitas asing banyak benarnya, tetapi setidaknya kita boleh mengapresiasi keberanian Justin Bieber yang mengusahakan untuk jujur pada dirinya sendiri dan kepada publik lewat lagu-lagu di album barunya ini.

Leave a Reply

Seleb News